Alamat :

بسم الله الرحمن الرحيم

Majelis Ta’lim

AL-KAAFUUR

الكافور

ان الابراريشربون من كاس كان مزاجها كا فورا    الانسان : ه

DESA PAMULIHAN KECAMATAN PAMULIHAN – SUMEDANG TELP : (022)7911943

Selasa, 12 April 2011

Bab Sholat

  Adzan
 Adzan ada hari Jum'at
 (الْأَذَان لُغَةً الْإِعْلَامُ ، قَالَ اللَّه تَعَالَى ( وَأَذَانٌ مِنْ اللَّه وَرَسُوله ) . وَاشْتِقَاقَهُ مِنْ الْأَذَنِ بِفَتْحَتَيْنِ وَهُوَ الِاسْتِمَاعُ .
Adzan menurut bahasa berarti pemberitahuan, sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah ayat 3 Dan inilah suatu pemberitahuan dari Allah dan Rasul.
Kata adzan diambil dari kata الأَذَنُ Al adzanu yang berarti mendengarkan.
وَشَرْعًا الْإِعْلَامُ بِوَقْتِ الصَّلَاةِ بِأَلْفَاظٍ مَخْصُوصَةٍ
Adapun pengertian adzan menurut syariat, adalah pemberitahuan datangnya waktu sholat dengan lafadz-lafadz tertentu. فتح الباري لابن حجر - (ج 2 / ص 396)
Hukum Adzan dan Iqomah
 { مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمْ الصَّلَاةُ إلَّا اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْك بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ
Dari Abu Darda ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, tidak akan ada tiga orang yang tidak adzan dan iqomah dalam sholat mereka, melainkan setan akan mengalahkannya.
نيل الأوطار - (ج 2 / ص 393)
الْحَدِيثُ أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ وَقَالَ : صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَكِنْ لَفْظُ أَبِي دَاوُد : } .
وَالْحَدِيثُ اُسْتُدِلَّ بِهِ عَلَى وُجُوبِ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ لِأَنَّ التَّرْكَ الَّذِي هُوَ نَوْعٌ مِنْ اسْتِحْوَاذِ الشَّيْطَانِ يَجِبُ تَجَنُّبُهُ .
وَإِلَى وُجُوبِهِمَا ذَهَبَ أَكْثَرُ الْعِتْرَةِ وَعَطَاءٌ وَأَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَمَالِكٌ وَالْإِصْطَخْرِيُّ كَذَا فِي الْبَحْرِ وَمُجَاهِدٌ وَالْأَوْزَاعِيُّ وَدَاوُد كَذَا فِي شَرْحِ التِّرْمِذِيِّ ،
Hadits di atas digunakan sebagai dalil atas adzan dan iqomah, karena meninggalkan adzan dan iqomah termasuk dikalahkan oleh setan yang harus dihindari. Mereka yang berpendapat demikian adalah, kebanyakan Ahlul Bait, Atha, Ahmad bin Hambal, Malik dan Al Usthukhori, demikian disebutkan dalam syara Tirmidzi.
عَنْ مُجَاهِدٍ أَنَّ الْأَذَانَ وَالْإِقَامَةَ وَاجِبَانِ مَعًا لَا يَنُوبُ أَحَدُهُمَا عَنْ الْآخَرِ فَإِنْ تَرَكَهُمَا أَوْ أَحَدَهُمَا فَسَدَتْ صَلَاتُهُ
Diriwayatkan dari Al Mujahid bahwa adzan dan Iqomah itu kedua-duanya adalah wajib, yang satu tidak bisa menggantikan yang lain, dan meninggalkan kedua-duanya atau salah satu darinya itu sholatnya rusak.
وقال الْأَوْزَاعِيُّ : يُعِيدُ إنْ كَانَ وَقْتُ الصَّلَاةِ بَاقِيًا ، وَإِلَّا لَمْ يُعِدْ ،
Al Auzi berpendapat, dia mengulangi adzan dan iqomah dan sholat, jika waktu sholat ada dan tidak mengulangi jika waktu sholat telah habis.
وَقَالَ عَطَاءٌ : الْإِقَامَةُ وَاجِبَةٌ دُونَ الْأَذَانِ فَإِنْ تَرَكَهَا لِعُذْرٍ أَجْزَأَهُ وَلِغَيْرِ عُذْرٍ قَضَى .
Atho berbendapat bahwa iqomah itu wajib sedangkan adzan itu tidak, dan meninggalkan iqomah karena larangan sholatnya sah, dan jika tidak ada halangan maka dia harus mengqodhonya.
وَفِي الْبَحْرِ أَنَّ الْقَائِلَ بِوُجُوبِ الْإِقَامَةِ دُونَ الْأَذَانِ الْأَوْزَاعِيُّ
Di dalam kitab Al Bahr,  dikatakan bahwa orang yang berpendapat bahwa wajibnya iqomah dan tidak wajibnya adzan adalah Al Auzai.
وَرُوِيَ عَنْ أَبِي طَالِبٍ أَنَّ الْأَذَانَ وَاجِبٌ دُونَ الْإِقَامَةِ
Diriwayatkan dari Abu Tholib, bahwa adzan itu wajib dan iqomah itu tidak wajib.
وَعِنْدَ الشَّافِعِيِّ وَأَبِي حَنِيفَةَ أَنَّهُمَا سُنَّةٌ .
As syafei dan Abu Hanifah mengatakan, kedua-duanya sunnah.
628 - حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ أَتَيْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - فِى نَفَرٍ مِنْ قَوْمِى فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً ، وَكَانَ رَحِيمًا رَفِيقًا ، فَلَمَّا رَأَى شَوْقَنَا إِلَى أَهَالِينَا قَالَ « ارْجِعُوا فَكُونُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَصَلُّوا ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ »
Jika telah tiba waktu sholat, hendaklah salah seorang di antara kalian mengumandangkan adzan untuk kalian dan hendaklah orang yang paling tua di antara kalian yang menjadi imam.     
صحيح البخارى - (ج 3 / ص 65)
Dengan demikian sabda beliau "salah seorang di antara kalian" menunjukkan bahwa adzan adalah fardhu kifayah.
والصَّوَابُ أنَّ الأَذَانَ يُجِبُّ عَلى الرِّجَاِل فِي الْحَضَرِ وَالسَّفَرِ وَ عَلىَ الْمُنْفَرِدِ و لِلْصَلَوَاتِ الْمُؤَدَّاةِ الْمَقْضِيِّةِ و على الأَحْرَارِ وَ الْبَعِيْدِ
Yang benar adalah adzan itu wajib bagi kaum laki-laki, baik sedang tidak bepergian maupun ketika sedang dalam perjalanan, dan wajib juga bagi orang yang sendirian, wajib juga bagi sholat yang ditunaikan langsung maupun yang diqodho, demikian juga bagi orang yang merdeka maupun budak. (Sholatul Mukmin, oleh Dr Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al Qohthani juz 1 hal 142)
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي نَافِعٌ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَقُولُ كَانَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلَاةَ لَيْسَ يُنَادَى لَهَا فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ فَقَالَ عُمَرُ أَوَلَا تَبْعَثُونَ رَجُلًا يُنَادِي بِالصَّلَاةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا بِلَالُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلَاةِ
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra, dia telah berkata, ketika kaum muslimin pertama kali sampai di Madinah, mereka berkumpul menantikan waktu sholat, namun tidak ada panggilan  yang memanggilnya, lalu mereka membicarakan tentang tanda-tanda masuk waktu sholat. Sewaktu mereka berbincang-bincang tentang tanda masuk waktu sholat tersebut, sebagian dari mereka ada yang berkata, bunyikanlah lonceng sebagaimana lonceng kaum Nasrani, sedang sebagian lain berkata, bunyikanlah trompet orang Yahudi. Kemudian Umar ra berkata, mengapa kamu tidak menyuruh seseorang agar menyerukan sholat? Rasulullah saw kemudian bersabda, wahai Bilal, bangunlah dan serukanlah panggilan untuk mendirikan sholat.
صحيح البخارى - ج 3 / ص 24
سنن الترمذى - (ج 1 / ص 349)
200 - حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ يَحْيَى الصَّدَفِىِّ عَنِ الزُّهْرِىِّ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يُؤَذِّنُ إِلاَّ مُتَوَضِّئٌ ».

Kiblat
            Pembahasan sholat itu mencakup beberapa hal, yakni: 1. Syarat sholat 2. Rukun sholat. 3.Kewajiban sholat. 4. Sunnah –sunnah sholat. Syarat sholat itu ada 9, yakni: 1. Islam, 2. Berakal. 3. Mumayyiz, 4. Dalam keada suci. 5. Terbebas dari Najis, 6. Menutup Aurat jika mampu, 7. Masuk waktu, 8. Menghadap kiblat, 9. Niat.
            Menurut bahasa (etimologis) الشرط berarti tanda. Sedangkan menurut istilah, syarat berarti sesuatu yang karena ketiadaannya mengharuskan ketiadaan yang lain dan tidak mesti karena keberadaannya mengharuskan keberadaan dan ketiadaan yang lain dengan sendirinya. Contohnya, tanpa wudhu sholat tidak sah, karena wudhu merupakan sarat sahnya sholat, dan keberadaannya tidak mengharuskan keberadaan sholat, jika seseorang berwudhu dia tidak harus mengerjakan sholat. (Syekh Husaimin dalam syarul Mumthi 'alaa Zaadil Mustaqni' juz ke 2 hal 85.)

144. Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
3019 - أخبرنا أبو بكر بن إسحاق ، أنبأ أبو المثنى ، ثنا محمد بن كثير ، ثنا سفيان ، عن أبي إسحاق ، عن عمير بن زياد الكندي ، عن علي رضي الله عنه ، ( فول وجهك شطر المسجد الحرام قال : « شطره: قَبَلَهُ »
Makna palingkan adalah arahkan.
(2) شَطْرَهُ : نَاحِيَتُهُ  syatroh bermakna, daerah, wilayah, area.
Dari Ali Bin Abi Tholib mengenai firman Allah, maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram, ia mengatakan, syatroh, berarti kearahnya.
المستدرك على الصحيحين للحاكم - ج 7 / ص 192
قال عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ: كَانَ أوَّلُ مَا نُسِخَ مِنَ القُرْآنِ الْقِبْلَةِ، وَذَلِكَ أَنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم لَمَّا هَاجَرَ إلى الْمَدِيْنَةِ، وَكَانَ أَكْثَرُ أَهْلِهَا الْيُهُوْدُ، فَأَمَرَهُ اللهُ أَنْ يَسْتَقْبِلَ بَيْتَ الْمُقَدِّسِ، فَفَرِحَتِ الْيَهُوْدُ، فَاسْتَقْبَلَهَا رسولُ الله صلى الله عليه وسلم بَضْعَةَ عَشَرَ شهرًا، وَكَانَ يُحِبُّ قِبْلَةَ إبراهيمَ فَكَانَ يَدْعُو إلى اللهِ وَيَنْظُرُ إلى السَّمَاءِ، فأنزل الله: { قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ } إلى قوله: { فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ }
Ali bin Abi Tholhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya masalah yang pertama kali di nasakh (dihapus hukumnya) di dalam Al Qur'an adalah masalah kiblat, yang demikian itu ketikah Rasulullah saw Hijrah ke Madinah. Pada waktu itu mayoritas penduduknya adalah Yahudi, maka Allah swt menyuruh beliau untuk menghadap ke Baitul Maqdis. Orang-orang Yahudi pun merasa senang Rasulullah saw menghadap ke Baitul Maqdis sekitar belasan bulan padahal beliau sendiri lebih menyukai untuk menghadap ke Kiblat Ibrahim. Karena itu, ia berdoa memohon kepada Allah sambil menengadakan wajahnya ke langit. Maka Allah swt pun menurunkan ayat,
144. Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.
403 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ بَيْنَا النَّاسُ بِقُبَاءٍ فِى صَلاَةِ الصُّبْحِ إِذْ جَاءَهُمْ آتٍ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَدْ أُنْزِلَ عَلَيْهِ اللَّيْلَةَ قُرْآنٌ ، وَقَدْ أُمِرَ أَنْ يَسْتَقْبِلَ الْكَعْبَةَ فَاسْتَقْبِلُوهَا ، وَكَانَتْ وُجُوهُهُمْ إِلَى الشَّأْمِ ، فَاسْتَدَارُوا إِلَى الْكَعْبَةِ .
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, dia berkata, ketika manusia yang berada di Kuba sedang melakukan sholat shubuh, tiba-tiba datang seseorang kepada mereka dan berkata, sesungguhnya telah diturunkan Al Qur'an kepada Rasulullah saw semalam dan beliau diperintahkan untuk menghadap ke Ka'bah, maka menghadaplah kalian ke Ka'bah, tadinya mereka menghadap ke Syam, lalu mereka berbalik menghadap ke Kiblat. صحيح البخارى - (ج 2 / ص 198)
قَوْلُهُ : وَقَدْ أُمِرَ
فِيهِ أَنَّ مَنْ يُؤْمَرُ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْزَمُ أُمَّتُهُ ، وَأَنَّ أَفْعَالَهُ يُتَأَسَّى بِهَا كَأَقْوَالِهِ حَتَّى يَقُومَ دَلِيلُ الْخُصُوْصِ

Telah diperintah:
Di sini didapat keterangan bahwa apa yang diperintahkan kepada Nabi mencakup juga perintah untuk ummatnya dan perbuatan beliau harus diikuti sebagaimana perkataannya  selama tidak ada keterangan  bahwa perbuatan itu khusus untuk Nabi saw.
وَوَقَعَ بَيَانُ كَيْفِيَّةُ التَّحَوُّلِ فِي حَدِيثِ ثُوَيْلَةَ بِنْتِ أَسْلَمَ عِنْدَ اِبْن أَبِي حَاتِمٍ وَقَدْ ذُكِرَتْ بَعْضَهُ قَرِيبًا وَقَالَتْ فِيهِ " فَتَحَوَّلَ النِّسَاءِ مَكَانُ الرِّجَالِ وَالرِّجَالُ مَكَانُ النِّسَاءِ ، فَصَلَّيْنَا السَّجْدَتَيْنِ الْبَاقِيَتَيْنِ إِلَى الْبَيْتِ الْحَرَامِ
Penjelasan tata cara perpindahan itu disebutkan dalam hadits Tsuwailah binti Aslam seperti di kutip oleh Ibnu Abi Hatim yang mana sebagiannya telah disebutkan. Tsuwailah berkata, maka kaum wanita berpindah ke tempat laki-laki dan kaum laki-laki berpindah ke tempat wanita, maka kami sholat dua rakaat yang tersisa menghadap ke Baitul Haram.
قُلْت : وَتَصْوِيرُهُ أَنَّ الْإِمَامَ تَحَوَّلَ مِنْ مَكَانِهِ فِي مُقَدَّمِ الْمَسْجِدِ إِلَى مُؤَخَّرِ الْمَسْجِدِ ؛ لِأَنَّ مَنْ اِسْتَقْبَلَ الْكَعْبَةَ اِسْتَدْبَرَ بَيْتَ الْمَقْدِسِ ،
Ibnu Hajar berkata, gambarannya bahwa imam berpindah dari tempatnya di bagian depan masjid ke bagian belakang, sebab orang yang menghadap Ka'bah pasti membelakangi Baitul Maqdis.
وَهُوَ لَوْ دَارَ كَمَا هُوَ فِي مَكَانِهِ لَمْ يَكُنْ خَلْفُهُ مَكَان يَسَعُ الصُّفُوفَ ، وَلَمَّا تَحَوَّلَ الْإِمَامَ تَحَوَّلَتْ الرِّجَالُ حَتَّى صَارُوا خَلْفُهُ وَتَحَوَّلَتْ النِّسَاءُ حَتَّى صِرْنَ خَلْفِ الرِّجَالِ
Apabila imam hanya berputar di tempatnya, tentu tidak akan ada tempat di belakang bagi para makmum, ketika Imam berpindah, maka kaum laki-laki turut berpindah hingga berada di belakang imam dan kaum wanita berpindah ke shaf-shaf laki-laki.
، وَهَذَا يَسْتَدْعِي عَمَلًا كَثِيرًا فِي الصَّلَاةِ فَيُحْتَمَل أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ وَقَعَ قَبْلَ تَحْرِيمِ الْعَمَلِ الْكَثِيرِ كَمَا كَانَ قَبْلَ تَحْرِيْمِ الْكَلَامِ ،
Hal ini membutuhkan gerakan yang banyak, sehingga ada kemungkinan peristiwa itu terjadi sebelum adanya larangan banyak bergerak di saat sholat, sebagaimana halnya sebelum adanya pengharaman berbicara saat sholat.
وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ اُغْتُفِرَ الْعَمَلُ الْمَذْكُورُ مِنْ أَجْلِ الْمَصْلَحَةِ الْمَذْكُورَةِ ، أَوْ لَمْ تَتَوَالَ الْخُطَا عِنْدَ التَّحْوِيلِ بَلْ وَقَعَتْ مُفَرَّقَةٌ . وَاللَّهُ أَعْلَم
Tapi dimungkinkan gerakan-gerakan itu diperkenakan karena adanya maslahat tersebut, atau karena gerakan itu tidak dilakukan secara berturut-turut, namun dilakukan secara terpisah-pisah.  فتح الباري لابن حجر - (ج 2 / ص 120)
Syarat menghadap kiblat itu menjadi gugur karena bebarap alasan dan kondisi berikut.
1. Jika seseorang telah mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencari arah kiblat, lalu dia mengerjakan sholat ke arah yang dia yakini, akan tetapi arah kiblatnya salah.
Sholat sunnah di atas kendaraan :
115. Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah[83]. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.
Disitulah wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah.
1646 - وَحَدَّثَنِى عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ الْقَوَارِيرِىُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِى سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى وَهُوَ مُقْبِلٌ مِنْ مَكَّةَ إِلَى الْمَدِينَةِ عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ كَانَ وَجْهُهُ - قَالَ - وَفِيهِ نَزَلَتْ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ
Dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah saw melakukan sholat sedang beliau saat itu datang dari Makkah menuju Madinah. Di atas hewan kendaraannya di arah wajahnya dan padanya diturunkan ayat فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ - . صحيح مسلم - ج 2 / ص 149
=====================================================
قَالَ ابْنُ جَرِيْرٍ: وَقَالَ آخَرُوْنَ: بَلْ نَزَلَتْ هَذِهِ الآَيَةُ عَلىَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذْنًا من اللهِ أَنْ يُصَلَّي التَّطَوُعُ حَيْثُ تَوَجَّهُ مِنْ شَرْقٍ أَوْ غَرْبٍ، فِي مَسِيْرِهِ فِي سَفَرِهِ، وَفِي حَالِ الْمُسَايَفَةِ وَشَدَّةُ الْخَوْفِ.
Ibnu Jarir mengatakan, para ulama lain mengemukakan, ayat ini turun kepada Rasulullah saw sebagai pemberian izin dari Allah bagi beliau untuk mengerjakan sholat sunnat dengan menghadap ke mana saja ia menghadap, kebarat maupun ketimur, sesuai dengan arah perjalanannya, dalam keadaan perang sedang berkecamuk, dan dalam keadaan yang sangat takut. تفسير ابن كثير - ج 1 / ص 392
وَلَمْ يَفَرَّقْ الشافعي في الْمَشْهُوْرِ عَنْهُ، بَيْنَ سَفَرِ الْمُسَافَةُ وَسَفَرِ الْعَدُوِّي، فَالْجَمِيْعُ عَنْهُ يَجُوْزُ التَّطَوُعُ فِيْهِ عَلَى الرَّاحَلَةِ،
Dalam Riwayat yang mashur dari Imam Syafei dia tidak membedakan antara perjalanan biasa maupun perjalanan dalam menghadapi musuh, di dalam semuanya itu boleh mengerjakan sholat sunnat di atas kendaraan. تفسير ابن كثير - ج 1 / ص 392
7462 - حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بن إِسْحَاقَ التُّسْتَرِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن عُقْبَةَ السَّدُوسِيُّ، حَدَّثَنَا حَكِيمُ بن خِذَامٍ، حَدَّثَنَا الْعَلاءُ بن كَثِيرٍ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، قَالَ:"كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ يُوتِرُ عَلَى بَعِيرِهِ
Dari Abu Umamah, ia berkata, keadaan Rasulullah saw ia berwitir di atas kendaraannya. المعجم الكبير للطبراني - (ج 7 / ص 138)
999 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِى مَالِكٌ عَنْ أَبِى بَكْرِ بْنِ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ أَسِيرُ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بِطَرِيقِ مَكَّةَ فَقَالَ سَعِيدٌ فَلَمَّا خَشِيتُ الصُّبْحَ نَزَلْتُ فَأَوْتَرْتُ ، ثُمَّ لَحِقْتُهُ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ أَيْنَ كُنْتَ فَقُلْتُ خَشِيتُ الصُّبْحَ ، فَنَزَلْتُ فَأَوْتَرْتُ . فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ أَلَيْسَ لَكَ فِى رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فَقُلْتُ بَلَى وَاللَّهِ . قَالَ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يُوتِرُ عَلَى الْبَعِيرِ
Dari Said bin Yasar sesungguhnya ia berkata, Aku berjalan bersama Abdullah bin Umar di perjalanan ke Makkah. Kemudian Said berkata, ketika aku khawatir waktu subuh akan datang aku turun dari kendaraan kemudian aku melakukan sholat witir, kemudian aku bersiap-siap untuk melakukan sholat shubuh. Kemudian Abdullalh bin Umar berkata, Kamu mau kemana? Kemudian aku berkata aku khawatir subuh akan segera datang, kemudian aku turun dan melaksanakan sholat witir, kemudian Abdullah bin Umar, bukankah bagimu diri Nabi saw sebagai contoh yang baik, aku katakan "benar" demi Allah, kemudian Ibnu Umar berkata, sesungguhnya Rasulullah saw, keadaannya sholat witir di kendaraan (tidak turun). صحيح البخارى - ج 4 / ص 174
400 - حَدَّثَنَا مُسْلِمٌ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِى كَثِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يُصَلِّى عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ ، فَإِذَا أَرَادَ الْفَرِيضَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ
Dari Jabir ia berkata, Rasulullah saw sholat dia tas kendaraan ke arah mana saja kendaraan itu menghadap, apabila hendak melakukan sholat fardhu beliau turun dan menghadap kiblat. صحيح البخارى - ج 2 / ص 193
Dari Hadits Bukhari di atas ditegaskan Nabi saw melaksanakan sholat fardhu di suatu tempat dan menghadap ke kiblat, karena menghadap kiblat adalah syarat sahnya sholat, sebagaimana hadits yang menjelaskan tentang tata cara sholat. Nabi saw bersabda,
« إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ ».
Jika engkau berdiri untuk melakukan sholat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah. صحيح مسلم ج 2 / ص 11
Di dalam Al Qur'an Allah memerintahkan :
150. Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.
            Jika seorang bisa melihat ka'bah maka yang wajib baginya adalah langsung menghadap ka'bah tak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini. Masalahnya adalah jika Ka'bah tidak terlihat oleh mata, para ulama berbeda pendapat dalam dua perkara :
Pertama, apakah yang wajib itu tepat menghadap ka'bah atau cukup menghadap ke arahnya saja?
741 - حدثنا أبو علي محمد بن علي الأسفرائني ثنا أبو يوسف يعقوب بن يوسف الواسطي ثنا شعيب بن أيوب ثنا عبد الله بن نمير عن عبيد الله بن عمرو عن نافع عن ابن عمر : أن النبي صلى الله عليه و سلم قال : مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ قِبْلَةٌ
Dari Nafiq dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah saw bersabda antara timur dan barat itu ada kiblat. المستدرك - (ج 1 / ص 323)
و روى أبو حفص عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ إِذَا جَعَلْتَ الْمَغْرِبَ عَنْ يَمِيْنِكَ وَ الْمَشْرِقِ عَنْ يَسَارِكَ فَمَا بَيْنَهُمَا قِبْلَةٌ
Jika kalian jadikan arah Barat pada sebelah tangan kananmu dan Arah sebelah timur pada sebelah tangan kirimu dan apa yang ada diantaranya adalah Kiblat.
Syekh bin Bazz berkata, Hadits yang berbunyi مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ قِبْلَةٌ Hadits ini memperkuat tidak perlunya takalluf (menyulitkan diri) dalam masalah arah, bahwasanya kapan pun seseorang melakukan sholat menghadapap kiblat, namun agak sedikit melenceng darinya, seperti ini atau seperti itu, maka hal itu tidak membahayakannya, dengan demikian arah di mana dia menghadap adalah kiblat. Demikian pula halnya dengan buang hajat, boleh menghadap ke timur, barat, utara, atau selatan sesuai dengan arah yang dituju yang tidak mengarah ke kiblat.
394 - حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا الزُّهْرِىُّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ أَبِى أَيُّوبَ الأَنْصَارِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « إِذَا أَتَيْتُمُ الْغَائِطَ فَلاَ تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلاَ تَسْتَدْبِرُوهَا ، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا »
Jika kalian buang air besar, janganlah kalian menghadap kblat, dan jangan pula kalian membelakanginya, tetapi hendaklah kalian menghadap ke timur atau ke barat. صحيح البخارى - (ج 2 / ص 185)
2333- أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ : مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ فُورَكَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ أَحْمَدَ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِىُّ حَدَّثَنَا الأَشْعَثُ بْنُ سَعِيدِ أَبُو الرَّبِيعِ وَعُمَرُ بْنُ قَيْسٍ قَالاَ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : أَظْلَمَتْ مَرَّةً وَنَحْنُ فِى سَفَرٍ وَاشْتَبَهَتْ عَلَيْنَا الْقِبْلَةُ ، فَصَلَّى كُلُّ رَجُلٍ مِنَّا حِيَالَهُ فَلَمَّا انْجَلَتْ إِذَا بَعْضُنَا صَلَّى لِغَيْرِ الْقِبْلَةِ ، وَبَعْضُنَا قَدْ صَلَّى لِلْقِبْلَةِ فَذَكَرْنَا ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ :« مَضَتْ صَلاَتُكُمْ ». وَنَزَلَتْ (فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ)
Kami pernah bersama Rasulullah saw pada suatu malam yang gelap dalam sebuah perjalanan. Kiblat pun tampak samar bagi kami, akhirnya masing-masing melakukan sholat ke satu arah, dan kami meletakkan sebuah tanda. Tatkala subuh tiba ternyata kami melakukan sholat bukan ke arah kiblat, lalu kami pun bertanya kepada Rasulullah saw, beliau bersabda, sholat kalian telah berlalu.
Lalu turunlah firman Allah swt :
فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ
Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.(Al Baqorah : 115) . سنن البيهقى - ج 2 / ص 289
Dengan ulasan di atas jelaslah bahwa ayat ini muhkamah (pasti) dan berlaku bagi seseorang yang melakukan sholat bukan ke arah kiblat karena tidak tahu, lalu dia mengetahuinya setelah melakukan sholat, maka dia tidak perlu mengulanginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar