Alamat :

بسم الله الرحمن الرحيم

Majelis Ta’lim

AL-KAAFUUR

الكافور

ان الابراريشربون من كاس كان مزاجها كا فورا    الانسان : ه

DESA PAMULIHAN KECAMATAN PAMULIHAN – SUMEDANG TELP : (022)7911943

Selasa, 12 April 2011

Bab Sholat

Mengangkat Tangan Ketika Bertakbir
وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ(44)لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ(45)ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ(46)فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ
Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.(Al Haqqah : 44-47)
Ibnu Katsir Rhm menjelasakan makna ayat.
يقول تعالى: وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا
" Seandainya Muhammad saw mengadakan sebagian perkataan atas nama kami. "
أي: محمد صلى الله عليه وسلم لو كان كما يزعمون مُفْتَرِيًا عَلَيْنَا، فَزَادَ فِي الرِّسَالَةِ أَوْ نَقْصِ مِنْهَا، أو قال شيئا مِنْ عِنْدِهِ فَنَسَبُهُ إِلَيْنَا، وليس كذلك، لَعَاجَلْنَاهُ بِالْعُقُوْبَةِ
Maksudnya, seandainya Muhammad saw adalah pendusta, sebagaimana yang mereka tuduhkan, menambah atau mengurangi ajaran syariat ini, atau mengatakan sesuatu sendiri dan menisbatkan kepada kami (Allah)- dan dia tidak mungkin melakukan itu- tentu kami sudah memberi hukumannya di dunia. تفسير ابن كثير - (ج 8 / ص 218)
Az Zamaksyari menjelaskan,
ولو اَدَّعَى عَلَيْنَا شَيْئاً لم نَقُلْهُ لَقَتَلْنَاُه صَبْراً ،
Maknanya kalau Muhammad, berani mengklaim suatu ucapan yang belum pernah Kami ucapkan, tentu Kami sudah membunuhnya.
كما يفعل الْمُلُوْكُ بِمَنْ يَتَكَذَّبَ عَلَيْهِمْ مُعَاجَلَةٌ بِالسَّخَطِ والِانْتِقَامِ ،
tak ubahnya membunuh tawanan yang tertangkap. Seperti yang dilakukan oleh para raja terhadap orang yang berani berdusta atas nama mereka. Yakni memberi hukuman selekasnya karena kemurkaan dan kemarahan.
فَصَوَّرُ قَتْلُ الصَّبْرِ بِصُوْرَتِهِ لِيَكُوْنُ أَهْوَلُ : وهو أن يَؤْخُذُ بِيَدِهِ وتَضْرِبُ رُقْبَتَهُ
Digambarkan di sini orang tersebut dibunuh layaknya tawanan agar tampak mengerikan. Ia dipegang tangannya dan dipenggal lehernya.
الكشاف - ج 7 / ص 139

زاد المعاد - ج 1 / ص 194
كَانَ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ إذَا قَامَ إلَى الصّلَاةِ قَالَ " اللّهُ أَكْبَرُ " وَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا قَبْلَهَا وَلَا تَلَفََّّظَ بِالنّيّةِ الْبَتَّةَ وَلَا قَالَ أُصَلِّي لِلّهِ صَلَاةَ كَذَا مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ إمَامًا أَوْ مَأْمُومًا وَلَا قَالَ أَدَاءً وَلَا قَضَاءً وَلَا فَرْضَ الْوَقْتِ
Apabila beliau berdiri untuk melakukan sholat, beliau mengucapkan Allahu Akbar, beliau tidak mengucapkan sesuatu pun sebelumnya dan tidak melafazkan niat sama sekali. Beliau tidak pernah mengucapkan " Usholi lillahi sholatan ….. kadza ….. mustaqbillah qiblah arbaa'a rakaat imman au ma'mum (saya berniat mengerjakan sholat …  yang ini …. Karena Allah dengan menghadap kiblat empat rakaat sebagai imam atau makmum). Begitu pula beliau tidak pernah mengucapkan fardhal wakti (sebagai ibadah fardhu  dari waktu  ini).
وَهَذِهِ عَشْرُ بِدَعٍ لَمْ يَنْقُلْ عَنْهُ أَحَدٌ قَطُّ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ وَلَا ضَعِيفٍ وَلَا مُسْنَدٍ وَلَا مُرْسَلٍ لَفْظَةً وَاحِدَةً مِنْهَا الْبَتَّةَ بَلْ وَلَا عَنْ أَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِهِ وَلَا اسْتَحْسَنَهُ أَحَدٌ مِنْ التَّابِعِينَ وَلَا الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ
Ini adalah puluhan bid'ah yang tak seorang pun menukilkan dengan sanad shohih maupun dhoif, tidak secara musnad maupun mursal. Tak ada satupun lafaz yang dinukilkan dari beliau dalam masalah itu, bahkan tidak dinukil dari seorang sahabat pun. Tak seorang pun dari kalangan tabiin yang menganggap baik dan tidak pula imam yang empat.
وَإِنّمَا غَرَّ بَعْضَ الْمُتَأَخَّرِينَ قَوْلُ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ فِي الصّلَاةِ إنّهَا لَيْسَتْ كَالصِّيَامِ وَلَا يَدْخُلُ فِيهَا أَحَدٌ إلّا بِذِكْرٍ فَظَنَّ أَنَّ الذِّكْرَ تَلَفَّظُ الْمُصَلِّي بِالنِّيَّةِ
Hanya saja sebagai ulama muta'akhirin terpedaya oleh pernyataan Imam Syafei rhm tentang sholat, sesungguhnya sholat itu tidak seperti sahum, seorang tidak dapat masuk kedalamnya kecuali dengan zikir, mereka menganggap bahwa zikir itu adalah pelafazan niat oleh orang yang sholat.
وَإِنّمَا أَرَادَ الشّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللّهُ بِالذّكْرِ تَكْبِيرَةَ الْإِحْرَامِ لَيْسَ إلَّا وَكَيْفَ يَسْتَحَبُّ الشّافِعِيُّ أَمْرًا لَمْ يَفْعَلْهُ النَّبِيُّ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فِي صَلَاةٍ وَاحِدَةٍ وَلَا أَحَدٌ مِنْ خُلَفَائِهِ وَأَصْحَابِهِ وَهَذَا هَدْيُهُمْ وَسِيرَتُهُمْ
Padahal yang dimaksud zikir oleh Imam Syafei adalah Takbiratul Ihram (takbir pembuka) dan bukan yang lainnya. Bagaimana mungkin Imam Syafei menganjurkan perkara yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi saw dalam satu sholat pun dan tidak pula dilakukan oleh seorang khulafa dan para shohabat beliau saw? Lihatlah petunjuk dan perjalanan hidup mereka.
فَإِنْ أَوْجَدَنَا أَحَدٌ حَرْفًا وَاحِدًا عَنْهُمْ فِي ذَلِكَ قَبِلْنَاهُ وَقَابَلْنَاهُ بِالتَّسْلِيمِ وَالْقَبُولِ وَلَا هَدْيَ أَكْمَلُ مِنْ هَدْيِهِمْ وَلَا سُنّةَ إلّا مَا تَلَقَّوْهُ عَنْ صَاحِبِ الشَّرْعِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ .
Seandainya ada orang yang menunjukkan kepada kami satu huruf saja yang dinukil dari mereka, dalam hal ini melafazkan niat, niscaya kami menerimanya dengan tunduk dan patuh, tidak ada petunjuk yang lebih sempurna selain petunjuk  mereka, dan tidak ada sunnah kecuali  apa yang telah mereka pelajari dari pemilik syara. زاد المعاد - (ج 1 / ص 194)
أَبْوَابُ صِفَةِ الصَّلَاةِ بَابُ افْتِرَاضِ افْتِتَاحِهَا بِالتَّكْبِيرِ 662 -
Bab-bab sifat sholat, bab keharusan memulai sholat dengan takbir.
( عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : { مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطَّهُورُ ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ } : رَوَاهُ الْخَمْسَةُ إلَّا النَّسَائِيّ ، وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ : هَذَا أَصَحُّ شَيْءٍ فِي هَذَا الْبَابِ وَأَحْسَنُ ) .
Dari Ali bin Abi Tholib dari Nabi saw beliau berkata, kunci sholat adalah bersuci, haramnya adalah takbir, dan halalnya adalah salam.
Imam Syaukani yang mensyarah hadits tersebut berkata :
قَوْلُهُ : ( وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ ) فِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ افْتِتَاحَ الصَّلَاةِ لَا يَكُونُ إلَّا بِالتَّكْبِيرِ دُونِ غَيْرِهِ مِنْ الْأَذْكَارِ وَإِلَيْهِ ذَهَبَ الْجُمْهُورُ .
Perkataan beliau " Haramnya adalah Takbir" didalamnya terkandung dalil bahwa tidak ada permulaan sholat kecuali dengan takbir tanpa ucapan-ucapan yang lain, ini merupakan pendapat jumhul.
وَعَنْ عَائِشَةَ عِنْدَ مُسْلِمٍ وَغَيْرِهِ بِلَفْظِ : { كَانَ يَفْتَتِحُ الصَّلَاةَ بِالتَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ بِالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } الْحَدِيثَ ، وَآخِرُهُ { وَكَانَ يَخْتِمُ الصَّلَاةَ بِالتَّسْلِيمِ } .
Dari Aisyah ia berkata, beliau biasa memulai sholat dengan takbir dan bacaan Alhamdulillah hirabbi 'alamin. نيل الأوطار - (ج 3 / ص 264)
Dan beliau mengakhiri sholat dengan salam.
Posisi tangan ketika takbiratul ihram
1. Mendekati ujung telinga   حَتَّى حَاذَتَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ نَصْرِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ حَتَّى حَاذَتَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ
Dari Malik bin Huwairits ia berkata, Aku melihat Rasulullah saw jika mulai sholat beliau mengangkat kedua tangannya ketika rukuk, ketika mengangkat kepalanya dari rukuk sampai mendekati ujung kedua telinganya. (HR Ahmad)
2. Mendekati bahu   حَتَّى يُحَاذِيَ مَنْكِبَيْهِ
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَسَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ نُمَيْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ مَنْكِبَيْهِ وَقَبْلَ أَنْ يَرْكَعَ وَإِذَا رَفَعَ مِنْ الرُّكُوعِ وَلَا يَرْفَعُهُمَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
Diriwayatkan daripada Abdullah bin Umar r.a katanya: Aku melihat Rasulullah s.a.w apabila memulai  sholat,  mengangkat kedua tangan hingga sejajar bahu. Begitu juga sebelum rukuk dan bangkit dari rukuk. Rasulullah saw tidak mengangkatnya di antara dua sujud. (HR Muslim)
3. Jari tidak dirapatkan
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَأَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ قَالَا حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ الْيَمَانِ عَنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ سِمْعَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَبَّرَ لِلصَّلَاةِ نَشَرَ أَصَابِعَهُ
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah saw, apabila takbir di dalam sholatnya, ia tidak merapatkan jari-jari tangannya. (HR Tirmidzi)
4. Posisi tangan ang tidak sesuai, yaitu mengangkat tangan sampai jempol hingga mendekati    telinga.
حَدَّثَنَا أَسْبَاطٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي زِيَادٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَ إِبْهَامَاهُ حِذَاءَ أُذُنَيْهِ
Dari Bara bin Aziib ra ia berkata, Rasulullah saw jika mendirikan sholat mengangkat kedua tangannya sampai kedua ibu jarinya berada searah dengan kedua telinganya. (HR Ahmad)
يَزِيدُ بْنُ أَبِي زِيَادٍ
Imam Abu Zur'ah berkomentar, ليِّنٌ , يُكْتَبُ حَدِيْثُهُ ولا يُحْتَجُ بِهِ , lemah dicatat haditsnya tapi tidak dapat dijadikan hujjah.
Imam Abu hatim berkata, ليس با لقوي ia itu tidak kuat.
Imam Yahya bin Main berkata, ليس با لقوي ia itu tidak kuat.
(Lihat Tahzibul kamal bab " Ya" dari nama Yazid, hal 315- 316)

Bacaan Takbir dan Gerakan tangan.
1. Angkat tangan dulu baru takbir.
888 - حَدَّثَنِى مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ حَدَّثَنِى ابْنُ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا قَامَ لِلصَّلاَةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ كَبَّرَ
Dari Ibnu Umar ra, dia berkata, bahwa Rasulullah saw jika mengerjakan sholat maka beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua pundak beliau kemudian beliau bertakbir.   صحيح مسلم - (ج 2 / ص 6)
2. Takbir dulu baru mengangkat kedua tangan.
صحيح مسلم - (ج 2 / ص 7)
890 - حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ خَالِدٍ عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ أَنَّهُ رَأَى مَالِكَ بْنَ الْحُوَيْرِثِ إِذَا صَلَّى كَبَّرَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَ يَدَيْهِ وَحَدَّثَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَفْعَلُ هَكَذَا.
Dari Abu Qilabah, bahwasanya dia pernah menyaksikan Malik bin Huwairits jika mengerjakan sholat bertakbir kemudian mengangkat kedua tangannya… dia juga menyampaikan bahwa Rasulullah saw biasa melakukannya seperti itu.

3. Bertakbir bersamaan dengan mengangkat kedua tangan.
صحيح مسلم - (ج 2 / ص 7)
891 - حَدَّثَنِى أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِىُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ نَصْرِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِىَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ
738 - حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنِ الزُّهْرِىِّ قَالَ أَخْبَرَنَا سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ - رضى الله عنهما - قَالَ رَأَيْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِى الصَّلاَةِ ، فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ
Dari Abdullah bin Umar ra, dia berkata, Aku pernah menyaksikan Rasulullah saw memulai takbir dalam sholatnya seraya mengangkat kedua tangannya saat mengucapkan takbir sampai kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya.   صحيح البخارى - (ج 3 / ص 247)
Tentang surga
Surga itu ada 100 tingakatan.
سنن الترمذى - (ج 9 / ص 451)
2721 - حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ الْعَنْبَرِىُّ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا شَرِيكٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُحَادَةَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فِى الْجَنَّةِ مِائَةُ دَرَجَةٍ مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ مِائَةُ عَامٍ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, surga itu seratus tingkatan. Jarak antara tiap-tiap dua derajat sejauh perjalanan lima ratus tahun.
Nama-nama pintu surga

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ
Rasulullah saw bersabda, tidak ada seorang pun di antara kamu yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian setelah wudhu ia membaca, Aku bersaksi tiada illah yang haq disembah selain Alalh dan tiada sekutu baginya dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad itu adalah hambanya dan rasulnya, kecuali akan dibukakan baginya pintu surga yang delapan dan ia boleh masuk dari pintu mana saja yang ia inginkan. (HR Muslim)
Nama-namanya, pintu taubat, sholat, sahum, zakat, shodaqoh, haji, umrah, jihad dan pintu silaturrahim.
Bersedekap
Posisi Tangan Ketika Bersedekap
1. Cara memegang tangan kiri oleh tangan kanan.
885 - أَخْبَرَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ زَائِدَةَ قَالَ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي أَنَّ وَائِلَ بْنَ حُجْرٍ أَخْبَرَهُ قَالَ قُلْتُ لَأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى حَاذَتَا بِأُذُنَيْهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ
Dari Wail bin Hujrin ia berkata, aku bena-benar telah melihat cara sholat Rasulullah saw. Bagaimana cara beliau sholat, aku melihatnya berdiri kemudian takbir mengangkat tangannya sehingga sampai ke ujung telinganya. Kemudian Nabi menyimpan tangan kanannya di atas telapak tangan kirinya dan dan Rusq dan said. (HR Abu Daud)  سنن النسائي - (ج 2 / ص136)
كباب الإفتتح باب موضع اليمين من الشمال في الصلاة 
Keterangan : Rusq adalah sambungan antara kaff (telapak tangan). Kaff dan Sa'id adalah bagian tangan antara rusq dan siku.
2. Tempat meletakkan tangan ketika tangan kiri sudah digenggam oleh tangan kanan.
حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبَةَ حَدَّثَنَا الْهَيْثَمُ يَعْنِي ابْنَ حُمَيْدٍ عَنْ ثَوْرٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُوسَى عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
Thawus ra berkata, Rasulullah saw menyimpan tangan kanannya di atas tangan kirinya, kemudian mengokohkan antara  keduanya di atas dadanya sedang beliau dalam sholat.
صَلَيْتُ مَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلىَ اليُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ
Saya pernah sholat bersama Rasulullah saw beliau menyimpan tangan kanannya di atas tangan kirinya di atas dada.(Hr Ibnu Khuzaimah dalam shohinya)
عَلَى صَدْرِهِ
على bermakna للإِسْتِعْلاَءِ di, di atas, pada. Contoh:
يَقُوْمُ مُحَمَّدٌ على الْجَبَلِ Muhammad berdiri di atas gunung.
Makna صَدْرِ
ما بين الْعُنُقِ والبَطْنِ sesuatu di antara perut dan leher.
مُقَدِّمَةُ permulaan.
3. Tempat meletakkan tangan ketika tangan kiri sudah digenggam oleh tangan kanan, yang          
salah.
Di bawah pusar   تَحْتَ السُّرَّةِ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَحْبُوبٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ زِيَادِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ مِنْ السُّنَّةِ وَضْعُ الْكَفِّ عَلَى الْكَفِّ فِي الصَّلَاةِ تَحْتَ السُّرَّةِ
Ali ra berkata, sunnah menyimpan telapak tangan (kanan) dia tas telpak tangan (kiri) dalam sholat di bawah pusar. (HR Abu Daud)
Penjarahan terhadap rawi    عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ 
Imam Ahmad bin Hambal berkomentar : Munkarul Hadits
Imam Abu Hatim berkomentar  : Munkarul Hadits
Imam Al Baihaqi berkomentar : Matruk
Imam Nawawiy berkomentar : Dhoif
Di atas pusar   فَوْقَ السُّرَّةِ

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ قُدَامَةَ يَعْنِي ابْنَ أَعْيَنَ عَنْ أَبِي بَدْرٍ عَنْ أَبِي طَالُوتَ عَبْدِ السَّلَامِ عَنْ ابْنِ جَرِيرٍ الضَّبِّيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُمْسِكُ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ عَلَى الرُّسْغِ
Jarir Adl Dlabbiy ra berkata, saya melihat 'Aliy memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya pada rusqnya di atas pusar. (HR Abu daud)
Penjarahan terhadap rawi  ابْنِ جَرِيرٍ الضَّبِّيِّ
Imam Abu Thayyib Muhammad Syam Al Haqq, dalam 'Aun al Ma'bud berkomentar : Maqal  فُلاَنٌ فِيْهِ مَقَالٌ ( dalam pembicaraan) ini bukan hadits tetapi Atsar (bukan dari nabi).
Imam Adz Dzahabi dalam Mizalnul 'Itidal menceritakan: Ia orang yang tidak dikenal لايعرف
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ الْكُوفِيِّ عَنْ سَيَّارٍ أَبِي الْحَكَمِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ أَخْذُ الْأَكُفِّ عَلَى الْأَكُفِّ فِي الصَّلَاةِ تَحْتَ السُّرَّةِ
Abu hurairah ra berkata, meletakkan kaff di atas kaff (tangan kanan di atas tangan kiri) dalam sholat di bawah pusar.
Penjarahan terhadap rawi    عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ 
Imam Ahmad bin Hambal berkomentar : منكر الحديث Munkarul Hadits
Imam Abu Hatim berkomentar        : منكر الحديث Munkarul Hadits
Imam Al Baihaqi berkomentar       : فُلاَنٌ مَتْرُوْكٌ           Matruk (ditinggalkan)
Imam Nawawiy berkomentar          : فُلاَنٌ ضَعِيْفٌ   Dhoif 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar